TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
ANALISIS PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
KESEHATAN MASYARAKAT ”SUPLEMENTASI TABLET BESI (FE) UNTUK IBU HAMIL” DI
PUSKESMAS MARADEKAYA KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
Disusun Oleh:
1.
Diana Mei Rinda I1A015016
2.
Hesty
Tikapriasih I1A015017
3.
Aulia Azizah I1A015018
4.
Yusuf Fahmi
Jauhar I1A015023
5.
Fitria Nafisatin Nahari I1A015032
6.
Astrid Yolanda I1A015034
7.
Erina Indriani I1A015036
8.
Missi Suci I1A015038
9.
Dwi Ayu Putri
Saraswaty I1A015060
Kelompok : 2
Kelas : B
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016
A.
Judul
Judul dari makalah ini adalah Analisis Pelaksanaan
dan Evaluasi Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat ”Suplementasi Tablet Besi
(Fe) Untuk Ibu Hamil” di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar Tahun 2013.
B.
Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik
yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping berbagai
masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang
mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta
kesehatan fisik. Pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Bakta, 2006).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah
sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Anemia didefinisikan
sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang
tidak hamil (Cunningham, 2012). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi
dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
<10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2006). Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika
kadar Hb 9-10,9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika
kadar Hb kurang dari 7g%. Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil dikatakan
anemia bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan III atau Hb kurang
dari 10,5g% pada trimester II. Anemia
yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia defisiensi zat besi dengan
prevalensi 58%
di seluruh dunia pada tahun 2013 dan 75% pada tahun 2015. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun
pada janin.
Program suplementasi tablet besi (Fe) telah
berlangsung sekitaran 20 tahun yang lalu, namun prevalensi anemia gizi di
Indonesia masihlah tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Riskesda
(Riset Kesehatan Daerah), prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 70% dan sebesar 60%
di provinsi Sulawesi Selatan. Presentase cakupan Fe1 dan Fe3 di Kota Makassar pada tahun 2012
hanya 70,4% dan 63,59%,
hal ini dibawah target Indonesia sehat yaitu mencapai 80%. Terutama untuk
Puskesmas Maradekaya yang memiliki persentase cakupan terendah yakni F1 sebesar
7,45% dan Fe3 13,45%. Adapun Program
suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013
bertujuan untuk menurunkan angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Maradekaya.
Dengan mengetahui pelaksanaan dan mengevaluasi program tersebut, kita dapat mengetahui
apakah program tersebut berhasil atau tidak serta dapat pula memberikan masukan
agar kedepannya progam tersebut dapat dilaksanakan lebih baik lagi.
C.
Tujuan
- Mengetahui proses perencanaan program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas
Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
- Mengetahui SDM atau Institusi yang terlibat dalam program suplementasi tablet besi
(Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
- Mengetahui
besaran dana yang digunakan dalam program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya
Kota Makassar tahun 2013.
- Mengetahui
sasaran dari program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar
tahun 2013.
- Mengevaluasi proses pelaksanaan program suplementasi tablet besi (Fe) di
Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
- Mengevaluasi program
suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun
2013.
D.
Gambaran
Perkembangan Penyakit Anemia pada Ibu Hamil di Indonesia
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11%.
Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu : tidak anemia : Hb
> 11%, anemia ringan : Hb 9-10,9 %, anemia sedang : Hb 7-8,9 %, anemia berat
Hb < 7 % (Depkes, 2014). Prevalensi anemia di Indonesia semakin tinggi
dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum
kehamilan.
Sebenarnya program
suplementasi tablet besi (Fe) telah berlangsung sekitaran 20 tahun yang lalu,
namun prevalensi anemia gizi di Indonesia masihlah tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan
data SKRT (Survei Kesehatan rumah tangga), pada tahun 1997 dimana terjadi
krisis moneter, prevalensi anemia ibu hamil mencapai 40,1%. Lalu tahun 2004 dan
2010 prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 56,9% dan 64,05%. Berdasarkan data dari Riskesda (Riset Kesehatan
Daerah), prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 70%. (Untuk data
prevalensi ibu hamil Riskesda tahun 2016 belum diketahui karena Riskesda hanya
dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun dan terakhir dilakukan tahun 2013).
Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %.
Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar
83,3%. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada
ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian
kejadian anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Frekuensi
timbulnya anemia dalam kehamilan tergantung pada suplementasi besi.
Taylor dkk melaporkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada
wanita yang mengkonsumsi suplemen besi, sementara rata-rata hemoglobin sebesar
11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
E.
Gambaran Program yang pernah ada di Indonesia
1. Program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak)
Program
KIA merupakan program di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Tujuan umum program KIA adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
Salah satu program KIA
yaitu Pelayanan Antenatal (ANC = Antenatal Care). ANC adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal.
Standar
minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a.
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b.
Ukur Tekanan darah
c.
Pemberian Imunisasi TT lengkap
d.
Ukur Tinggi fundus uteri
e.
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan.
2. Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT)
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan
alternatif strategi perbaikan status gizi masyarakat yang umumnya dilakukan
untuk kelompok populasi tertentu, misalnya: kelompok ibu hamil, ibu menyusui,
anak Bawah Lima Tahun (Balita), anak sekolah. Program PMT ini menggunakan
pendekatan berbasis pangan. Pemeriksaan kehamilan setiap bulan yang dilakukan
di Posyandu maupun puskesmas, baik ibu hamil yang kekurangan gizi maupun tidak,
maka akan mendapatkan bantuan yang berupa makanan yang bisa menambah gizi ibu
hamil seperti susu, abon, kacang hijau dan bahan makanan lainnya yang banyak
mengandung zat gizi, terutama mengandung zat besi.
3.
Program Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu Hamil merupakan
sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk
tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui
praktik dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) ( Depkes, 2009). Pada pertemuan
awal kelas ibu hamil, ibu hamil akan mendapat materi salah satunya mengenai pengaturan gizi dan anemia pada ibu hamil termasuk pemberian tablet tambah darah untuk
penanggulangan anemia.
4. Program GSI (Gerakan
Sayang Ibu)
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah suatu gerakan yang
dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak
terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas
serta penurunan angka kematian bayi. Program ini bekerja sama dengan petugas
kesehatan dan kader setempat salah satunya memberikan
penyuluhan terhadap ibu hamil mengenai anemia.
5. Salah satu program
di daerah :
Program Penanganan Masalah Anemia di Tiga
Kabupaten, Kalimantan Selatan (Proyek Depkes - Mothercare di Kalimantan
Selatan)
Program ini mempunyai tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum program yaitu menurunkan
prevalensi anemia pada ibu hamil di tiga kabupaten di Kalimantan Selatan.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu: a. Meningkatkan pengelahuan-sikap ibu hamil
tentang anemia dan tablet tambah darah; b. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang
mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD); c. Meningkatkan jumlah TTD yang
dikonsumsi oleh ibu hamil (kepatuhan); d. Meningkatkan kemandirian ibu hamil
dalam penyediaan TTD (kesediaan membeli).
Program ini melibatkan
Sumber Daya Manusia yang berasal dari tenaga kesehatan
(meliputi bidan desa, tenaga farmasi,
dll.) dan tenaga non kesehatan (tenaga statistik, petugas agama, dll.). Sasaran
programnya adalah ibu hamil dan calon pengantin wanita. Biaya pelaksanaan
program berasal dari Depkes yang bekerja sama dengan Mothercare. Metode yang
digunakan adalah diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, komunikasi
inter-personal, dan konseling. Sedangkan Media yang digunakan meliputi radio,
poster, kalender, buku saku, buku pegangan petugas kesehatan, dan buku pegangan
petugas agama.
Dalam proses
pelaksanaannya, program ini mempunyai beberapa tahapan yaitu:
a. Survei Data Dasar (Baseline Survey)
Kegiatan ini ditujukan untuk
mendapatkan informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu yang
telah mempunyai anak selama tiga tahun terakhir, pengetahuan perempuan usia
subur yang berkaitan dengan komplikasi selama kehamilan dan melahirkan,
pelayanan kesehatan setempat, alai kontrasepsi, anemia dan konsumsi tablet
tambah darah. Survai ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 1996 atas
kerjasama antara Kanwil DepKes Kalimatan Selatan, MotherCare, dan Kantor
Statistik Propinsi.
Hasil pengumpulan data dasar yang telah
dilakukan menunjukan bahwa sekitar 45.2% ibu hamil menderita anemia gizi besi. Hasil
analisis lanjut memperlihatkan bahwa hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dan
umur kehamilan berbentuk huruf U. Di awal kehamilan, rata-rata Hb yaitu 12,4 g/dl dan menurun sampai
umur kehamilan 24 minggu yaitu 10,7 g/dl, kemudian kadar Hb meningkal hingga sekitar 11 ,3
g/dl pada minggu terakhir kehamilan. lni berarti kadar Hb pra-hamil sangat marginal dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan zal besi yang meningkat pada saat hamil. Juga terungkap bahwa secara
rata-rata hanya sejumlah 33 tablet yang dikonsumsi oleh ibu hamil atau sepertiga dari yang
dianjurkan yaitu 90 tablet.
b. Diagnosa Masyarakat (Community Diagnosis)
Kegiatan ini ditujukan untuk
mendapatkan pengertian mendalam tentang masyarakat (ibu hamil) mengenai: a.
persepsi dan sikap ibu tentang anemia dan TID, b. derajat kepatuhan minum TID
dan alasan mengapa tidak mau minum TTD; c. kesediaan membeli TTD dan harga yang
dapat dijangkau; d. identifikasi jalur dan media komunikasi yang efektif
(merupakan bagian dari pengembangan media KIE).
Hasil diagnosa masyarakat yang dilakukan
oleh PATH (Program for
Appropriate Technology in Health) telah dilaporkan
secara lengkap di laporan lain. Dilaporkan bahwa ibu hamil tidak mengenal
terminology 'anemia', mereka lebih mengenal 'kurang darah'. Alasan utama
rendahnya kepatuhan minum TTD yaitu sering dialaminya efek samping utamanya
mual-mual dan perut nyeri setelah minum TTD. lbu hamil juga tidak pernah
mendapat penyuluhan tentang cara mengatasi efek samping tersebut. Terungkap
pula bahwa kala 'pil besi' atau 'tablet besi' kurang diterima oleh masyarakat
dan perlu dicarikan terminology lain. Pertemuan yang diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada bulan Agustus 1996 diputuskan untuk menggunakan
terminology 'tablet tambah darah' yang disingkat TTD. Dari diagnosa masyarakat
diperoleh pula jenis-jenis media KIE yang disukai masyarakat yaitu 'poster',
'radio spot', 'kartu pengingat minum TTD'. Disamping itu, terungkap pula bahwa
para petugas kesehatan perlu mendapat pengetahuan tentang anemia TTD serta
perlu ditingkatkan kepercayaan diri utamanya dalam memberikan penyuluhan.
c.
Pengembangan
Strategi KIE
Kegiatan ini ditujukan untuk
mengembangkan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat dan mengembangkan
media yang akan dipakai dan bagaimana pemanfaatan media tersebut. Untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dan TTD telah dilakukan pengembangan
media KIE dengan metoda 'diskusi kelompok terarah' dan 'wawancara mendalam'. Pelaksanaan
pengembangan strategi KIE oleh PATH. Pesan-pesan yang ada dalam setiap media
KIE dikembangkan dari hasil-hasil studi kualitatif. Sebagai contoh, poster
dengan gambar Guru ljai, tokoh agama yang paling disegani dan dihormati oleh
masyarakat Banjar merupakan hasil studi tersebut.
d.
Produksi dan
Distribusi media KIE
Kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dan manfaat serta
kepatuhan minum tablet tambah darah. Media KIE telah diproduksi sebanyak
kebutuhan untuk masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Seluruh produksi media
KIE dilaksanakan di Jakarta untuk memudahkan pengawasan dalam 'proof print'.
Setiap bidan di desa memiliki setiap media KIE. Pelaksanaan distribusi
dilakukan melalui pertemuan ling kat kabupaten dan dikoordinasi oleh Kantor Wilayah dan Dinas
Kesehatan Proponsi Kalimantan Selatan. Distribusi media KIE dilaksanakan sebelum
pencanangan program tanggal 3 Agustus 1997.
e.
Komunikasi
Inter-Personal dan Konseling
Kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap bidan di desa tentang anemia dan manfaat
minum tablet tambah darah serta meningkatkan kemampuan bidan desa-desa dalam
menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan anemia dan TTD serta kemampuan
memberikan konseling. Kegiatan ini dilaksanakan oleh PATH pada bulan April-Mei
1997. Sejumlah 560 Bidan di desa telah mendapat pelatihan Komunikasi lnterpersonal
dan Konseling. Pelaksanaan pelatihan dimulai dengan melatih Master of Training
dan tenaga pelatih tingkat Kabupaten.
f.
Penyediaan (suplai
dan distribusi) tablet tambah darah
Kegiatan ini dimulai dengan
melakukan 'inventory assessment' untuk mempelajari jalur-jalur suplai dan
distribusi seluruh obat komersial yang beredar di Kalimantan Selatan serta
melakukan pertemuan-pertemuan antara DepKes, MotherCare, dan 3 Perusahaan Obat
yaitu Kimia Farma, Indo Farma, dan Phapros. Dari pertemuan tersebut, diusulkan
agar bidan di desa dimanfaatkan sebagai bagian dari jalur distribusi. Pertemuan
di tingkat propinsi yang melibatkan DepKes, MotherCare, Kanwil dan Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dilakukan sebanyak 2 kali untuk
memastikan keterlibatan dan komitmen berbagai pihak dalam distribusi. Pada pertemuan
terakhir pada bulan Juli 1997 diputuskan bahwa distribusi TTD di kabupaten HSS
dilakukan oleh Indo Farma, Kabupaten Banjar oleh Kimia Farma, dan Kabupaten
Batola oleh Phapros.
g.
Program
Penanganan Anemia pada Calon Pengantin
Kegiatan ini didasarkan pada adanya
kesempatan untuk meningkatkan status besi ibu sebelum hamil, artinya para calon
pengantin yang potensial hamil sesudah beberapa bulan menikah harus dalam
keadaan sehat atau tidak anemia. Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar dan
studi pustaka bahwa untuk menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil,
diperlukan upaya mempersiapkan ibu sebelum kehamilan datang. Pendekatan yang
terbaik adalah mempersiapkan calon pengantin untuk selalu minum TTD atau dengan
perkataan lain bahwa penanggulangan anemia gizi besi harus dilakukan sebelum
hamil yaitu melalui Calon Pengantin Wanita. Pendekatan yang dapat di tempuh
untuk menanggulangi anemia gizi besi untuk Calon Pengantin Wanita adalah
promosi tentang pentingnya tablet tambah darah untuk meningkatkan kesehatan dan
gizinya.
Salah satu program kesehatan yang
telah lama dilaksanakan bagi Calon Pengantin Wanita adalah 'imunisasi Tetanus
Toxoid'. Program yang telah terstruktur ini merupakan kegiatan terpadu lintas sektoral
sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan No. 294
tahun 1986 dan No. 788/Menkes/SKBIXI/1986, tetang Bimbingan Terpadu Program
Kesehatan Melalui Jalur Agama. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Kesehatan
melakukan pengembangan kegiatan untuk Calon Pengantin Wanita berupa
penanggulangan Anemia Gizi, dan untuk menunjang kelancaran program telah
diterbitkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. 1656/BM/DJ/BGM/XI/97 sesuai surat
persetujuan dari Dirjen Bimas Islam, Dirjen Bimas Katolik, Dirjen Bimas
(Kristen) Protestan dan Dirjen Bimas Hindu dan Budha. Kegiatan penanggulangan anemia gizi untuk Calon
Pengantin Wanita telah dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada Hari Kesatuan
Gerak PKK-KB-Kesehatan pada tanggal 18 Nopember 1997 di Ujung Pandang, Sulawesi
Selatan.
Sesuai dengan rekomendasi dari
Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat bahwa perlu dilakukan Kegiatan
Rintisan program mandiri penanggulangan anemia gizi besi untuk Calon Pengantin Wanita di
daerah agar dapat dipelajari berbagai peluang dan kendala dilapangan. Berdasarkan hal di
atas, MotherCare/JSI bekerjasama dengan Departemen Kesehatan, dan Departemen Agama akan
melakukan Kegiatan Rintisan Program Mandiri Penanggulangan Anemia Gizi Besi bagi Calon
Pengantin Wanita di Propinsi Kalimantan Selatan. Dalam Kegiatan Rintisan ini
diharapkan dapat dipelajari peran dan efektifitas petugas KUA dalam memberikan
nasihat perkawinan dengan
muatan Komunikasi-lnformasi-Edukasi tentang Anemi Gizi dan Tablet Tambah Darah.
Kegiatan ini telah dicanangkan pada
tanggal 23 Juli 1998 dengan mengudarakan 'radio spot' di lakukan oleh RRI
Banjarmasin dan 5 Radio Pemancar swasta. Sebelumnya telah dilakukan studistudi kualitatif
untuk mengembangkan media KIE dan pesan-pesan yang dapat diterima dan mudah dimengerti
baik oleh calon pengantin maupun petugas kesehatan dan agama. Media KIE yang di
produksi dan di distribusikan adalah kalender, buku saku, poster, buku pegangan
petugas kesehatan, buku pegangan petugas agama.
h.
Post-survey
(evaluation)
Kegiatan
ini ditujukan untuk mempelajari besaran hasil-hasil yang telah dicapai selama
proyek DepKes-MotherCare dilaksanakan selama 4 tahun. Kegiatan
ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 1999 oleh Kantor Statistik Propinsi
Kalimantan Selatan.
Setelah dua tahun program berjalan, tidak terlihat meningkatnya prevalensi
anemia; Kesadaran ibu hamil untuk mengkonsumsi TTD juga meningkat meskipun
dalam masa krisis ekonomi, sekitar 20% ibu hamil yang mengkonsumsi TTD telah
membeli TTD; Materi dan media KIE serta tersedianya TTD mandiri telah
menunjukkan adanya perubahan perilaku ibu hamil untuk mengkonsumsi TTD,
seperti: meningkatnya jumlah ibu hamil trimester ketiga yang mengkonsumsi TTD
sekurang-kurangnya 60 tablet meningkatnya jumlah ibu hamil menyadari pentingnya
minum TTD bila anemia. Prevalensi
anemia menurun sekitar 40% setelah 1 bulan program, dan relatif sama setelah
3-4 bulan; Hanya 2/3 catin yang ingat Ielah menerima materi KIE tetapi tingkat
kepatuhan minum TTD cukup tinggi (26/35 tablet dan 54/60 tablet); Program ini
telah menurunkan prevalensi anemia pada
catin, dan berdampak berkurangnya ibu hamil dengan anemia.
F.
Gambaran pelaksanaan
program pendidikan masyarakat
suplementasi tablet besi (Fe) untuk ibu hamil di Puskesmas Maradekaya Kota
Makassar tahun 2013
Program pendidikan
masyarakat suplementasi tablet besi (Fe) untuk ibu hamil di Puskesmas
Maradekaya Kota Makassar tahun 2013 dapat menurunkan prevalensi anemia sebesar
37,1% di Indonesia. Khususnya untuk Puskesmas Maradekaya yang pada tahun 2012 memiliki
cakupan Fe1 dan Fe3 terendah sebesar 7,45% dan 13,54%.
Program ini
melibatkan 13 orang yang meliputi petugas gizi, bidan puskesmas, petugas
farmasi, kader posyandu, kasie gizi dinas kesehatan kota Makassar serta ibu
hamil.
Sumber dana
suplementasi tablet besi di tingkat puskesmas tidak ada, hal ini dikarenakan
pihak puskesmas tidak mendapatkan alokasi dana untuk tablet besi tersebut
melainkan diberikan dalam bentuk barang (tablet besi) yang dimana jumlah dari
tablet besi tersebut ditentukan sesuai dengan perencanaan dari puskesmas. Jika
tablet besi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar lebih maka tablet
besi akan disimpan dan digunakan lagi pada periode atau bulan berikutnya. Puskesmas ini masih mempunyai persediaan
tablet Fe lebih sejak tahun 2011 walaupun tidak ada yang kadaluarsa, sehingga
masih bisa digunakan untuk suplementasi table Fe tahun 2013.
Dalam proses pendistribusian tablet Fe dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan proses pemeriksaan kehamilan. Proses
pendistribusian tablet besi sendiri dilakukan oleh bidan puskesmas dikarenakan
selain bidan puskesmas yang paling sering berinteraksi dengan para ibu hamil,
bidan puskesmas juga lebih tahu tentang kondisi ibu hamil.
Program ini menggunakan metode pendidikan
berupa konseling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bidan puskesmas
sebagai tenaga kesehatan yang lebih dekat dengan ibu hamil akan menanyakan
kepada ibu hamil begitu pun juga ibu hamil berkonsultasi mengenai kehamilannya
kepada bidan puskesmas.
Monitoring kepatuhan ibu hamil yang dilakukan
bidan puskesmas masih merupakan cara yang sangat sederhana yaitu dengan
wawancara singkat menanyakan tablet Fe yang telah diberikan telah habis atau
tidak. Padahal dalam buku pedoman ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan menanyakan juga warna tinja dari ibu hamil dengan menyuruh ibu hamil
membawa bungkusan Fe yang telah dikonsumsi serta tidak adanya pelaporan khusus.
Cara pelaporan dan pencatatan yang dilakukan
oleh bidan puksesmas berupa Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), cara tersebut
mencatat jumlah ibu hamil baru yang ada dan menerima Fe1 dan Fe3, tetapi
pelaporan ini tidak lengkap sedangkan petugas farmasi memiliki bentuk Laporan Penggunaan dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) yang digunakan dalam perencanaan pengadaan tablet Fe.
Pencatatan dan pelaporan yang dibuat oleh bidan puskesmas dan LPLPO sudah
sesuai dengan standar pelaksanaan yang ada, namun jika dilihat dari kelengkapan
dokumen yang dimiliki ternyata petugas kesehatan tidak memiliki dokumen yang
lengkap dengan alasan lalai dalam menyimpan dokumen tersebut.
G.
Evaluasi Program Pendidikan Masyarakat Pelaksanaan Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota
Makassar Tahun 2013
1.
Tahapan Input
Jumlah informan pada program ini berjumlah 13 orang yang dimana
terdiri dari petugas gizi, bidan puskesmas, petugas farmasi, kader posyandu,
kasie gizi dinas kesehatan kota Makassar dan ibu hamil. Sedangkan untuk
menentukan jumlah sasaran di Puskesmas Maradekaya dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Makassar sendiri dengan penggunaan rumus proyeksi ibu hamil.
Sedangkan untuk sumber dana suplementasi tablet besi di tingkat
puskesmas tidak ada, hal ini dikarenakan pihak puskesmas tidak mendapatkan
alokasi dana untuk tablet besi tersebut melainkan diberikan dalam bentuk barang
(tablet besi) yang dimana jumlah dari tablet besi tersebut ditentukan sesuai
dengan perencanaan dari puskesmas. Jika tablet besi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kota Makassar lebih maka tablet besi akan disimpan dan digunakan lagi pada
periode atau bulan berikutnya.
2.
Tahapan Proses
Tahap ini terdiri dari proses perencanaan tablet besi, proses
pendistribusian tablet besi, proses monitoring kepatuhan ibu hamil dan
pencatatan dan pelaporan. Proses perencanaan tablet besi di Puskesmas
Maradekaya merupakan tanggung jawab dari petugas farmasi. Proses perencanaan
yang dilakukan yaitu dengan metode konsumsi, yakni melihat penggunaan obat yang
ada dibandingkan dengan stok obat yang tersedia dan obat yang kadaluarsa.
Proses perencanaan ini disusun oleh pihak Puskesmas Maradekaya sendiri.
Pengadaan tablet besi dilakukan setiap bulan, akan tetapi jika stok tablet besi
di Puskesmas Maradekaya masih ada maka Puskesmas Maradekaya tidak melakukan
perencanaan pengadaan tablet besi. Sampai pada tahun 2014 Puskesmas Maradekaya
tidak melakukan pengadaan stok tablet besi karena masih ada stok tablet besi
dari tahun 2011.
Proses pendistribusian tablet besi sendiri dilakukan oleh bidan
puskesmas dikarenakan selain bidan puskesmas yang paling sering berinteraksi
dengan para ibu hamil, bidan puskesmas juga lebih tahu tentang kondisi ibu
hamil. Pendistribusian tablet besi dilakukan ketika ibu hamil datang untuk
memeriksakan kandungannya ke bidan puskesmas dengan melihat usia kehamilan
serta frekuensi pemberian tablet Fe sebelumnya bagi yang telah pernah datang
memeriksa dan untuk mengantisipasi ibu hamil yang tidak datang di puskesmas
dilakukan swipping dengan bantuan kader posyandu untuk mengetahui ibu hamil
baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Program ini menggunakan metode pendidikan
berupa konseling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bidan puskesmas
sebagai tenaga kesehatan yang lebih dekat dengan ibu hamil akan menanyakan
kepada ibu hamil begitu pun juga ibu hamil berkonsultasi mengenai kehamilannya
kepada bidan puskesmas.
Monitoring kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi juga dilakukan oleh bidan puskesmas dengan cara yang
sangat sederhana yaitu dengan menanyakan secara langsung kepada ibu hamil,
tidak disertai dengan pelaporan khusus dengan kartu pengingat konsumsi tablet
besi tersebut.
3. Tahap Output
Output dilihat dari tanggapan penerima sasaran (ibu hamil) dalam
pelaksanaan Program Suplementasi Tablet
Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar yaitu
bertambahnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya mengonsumsi Tablet besi
(Fe) serta perubahan perilaku dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu
hamil, hal tersebut terbukti dari outcome program tersebut yaitu meningkatnya
persentase cakupan konsumsi Tablet besi (Fe).
4.
Tahap Outcome
Outcome dari Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil
di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar cakupan tablet Fe di tahun
2013 berdasarkan hasil telaah dokumen meningkat dari tahun sebelumnya yakni cakupan Fe1 dan Fe3 sebesar 7,45%
dan 13,54% tahun 2012 meningkat menjadi 96,1%
dan 97,6% tahun 2013. Cakupan tersebut sudah di atas target Indonesia sehat dimana untuk cakupan
program suplementasi tablet besi yaitu sebesar 80%.
5.
Tahap Impact
Impact dari Program Suplementasi Tablet Besi
(Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar dapat dilihat dari menurunnya
angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar.
Dilihat dari efisien atau tidak efisiennya
suatu Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas
Maradekaya Kota Makassar yaitu :
1.
Penentuan
jumlah sasaran dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar sudah efisien.
2.
Pada tahun 2011
stok yang ada di gudang farmasi Kota Makassar untuk tablet besi sangatlah
banyak hingga pada saat ibu tablet Fe langsung di drop ke puskesmas yang
ada maka pengadaan tablet besi tidak
lagi sesuai dengan perencanaan yang dilakukan, sehingga pada tahun 2012 dan
2013 tidak dilakukan perencanaan tablet Fe oleh petugas farmasi. Walaupun tidak
ada yang rusak ataupun kadaluarsa hal tersebut sangatlah tidak efisien.
Kelebihan stok seperti ini sangatlah tidak baik. Semestinya pengadaan tablet
besi harus selalu disesuaikan dengan jumlah perencanaan yang dilakukan oleh
pihak puskesmas.
Dilihat
dari efektif atau tidak efektifnya suatu Program Suplementasi Tablet Besi (Fe)
untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar yaitu :
1.
Pendistribusian
tablet besi (Fe) untuk ibu hamil Tapi di Puskesmas Maradekaya Makassar kurang
efektif karena dalam pendistribusiannya hanya dilakukan oleh bidan puskesmas
saja, seharusnya dapat didistribusikan lewat posyandu, dan beberapa fasilitas
kesehatan yang dibawah kerja Puskesmas Maradekaya.
2.
Proses
monitoring hanya dilakukan oleh bidan puskesmas saja dengan metode yang sangat
sederhana hal tersebut tidak efektif karena dengan cara bertanya ke pada ibu
hamil hal tersebut tidak menjamin apakah tablet besi (Fe) tersebut dikonsumsi atau
tidak. Akan lebih baik jika monitoring dilakukan dengan cara pelaporan secara
khusus misalkan dengan menggunakan kartu pengingat dan membawa bukti bungkus
tablet besi (Fe) yang kosong.
3.
Sosialisasi
program tersebut kurang efektif karena sosialisasi program hanya dilakukan
sekali pada saat pertama kali datang memeriksakan kehamilannya di bidan yang
ada di puskesmas, sedangkan petugas kesehatan yang lainnya tidak ikut serta
dalam sosialisasi tersebut.
4.
Akan tetapi
untuk keseluruhan dari program tersebut dapat dikatakan efektif karena sudah
sesuai dengan target. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang meningkat
berdasarkan cakupan konsumsi tablet besi (Fe) ibu hamil di Puskesmas
Maradekaya, Makassar tahun 2013 yaitu dengan perolehan cakupan Fe1 dan Fe3
sebesar 96,1% dan 97,6%, sudah diatas target Indonesia sehat untuk cakupan
program suplementasi tablet besi yaitu sebesar 80%.
H.
Kesimpulan dan
Saran
Dalam pelaksanaan program
suplementasi tablet besi di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013 pada tahapan
input, proses dan output yang sudah sesuai standar prosedur pelaksanaan yaitu
dalam penentuan jumlah sasaran, jumlah SDM yang tersedia dan dalam hal
penganggaran dana, proses perencanaan tablet besi, serta cakupan tablet Fe yang
sudah mencapai target, namun ada beberapa yang masih dianggap kurang sesuai
dengan juknis yang ada yaitu terdiri dari ketersediaan, proses pendistribusian
dan monitoring tablet besi, kurangnya sosialisasi program, serta dokumen
pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap.
Kami menyarankan
kepada petugas kesehatan yang terlibat dalam program suplementasi tablet besi
ini dapat lebih mensosialisasikan kepada petugas kesehatan bagaimana standar
pelaksanaan dalam pelaksanaan program, agar seluruh tahapan yang ada dalam
pelaksanaan sesuai dengan standar yang ada serta untuk meningkatkan sosialisasi
kepada masyarakat tentang pentingnya tablet Fe ini untuk ibu hami sehingga
lebih dapat meningkatkan cakupan Fe1 dan Fe3 di Puskemas Maradekaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made.
2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Budiarni dan Hertanto WS. 2010. “Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Motivasi dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu
Hamil”, Journal of Nutrition College. Vol (1) : 1. PP 1-10.
Cunningham F.G.
2012. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Depkes RI.
2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. Jakarta : Depkes RI.
Kusumah. 2009. “Kadar Hemoglobin ibu
hamil triwulan II-III dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal USU.
RISKESDAS. 2013. Laporan Nasional Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Saifudin. 2006. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi I Cetakan
Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Snow, John. 1997. ”Program Penanganan Masalah Anemia di Tiga
Kabupaten Kalimantan Selatan”, Seri Laporan Mothercare Indonesia. No.
13. Pp: 1-18.