Wednesday 7 June 2017

Analisis Perencanaan dan Evaluasi Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat



TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
ANALISIS PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT ”SUPLEMENTASI TABLET BESI (FE) UNTUK IBU HAMIL” DI PUSKESMAS MARADEKAYA KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

Disusun Oleh:
1.      Diana Mei Rinda               I1A015016
2.      Hesty Tikapriasih              I1A015017
3.      Aulia Azizah                     I1A015018
4.      Yusuf Fahmi Jauhar          I1A015023
5.      Fitria Nafisatin Nahari      I1A015032
6.      Astrid Yolanda                 I1A015034
7.      Erina Indriani                    I1A015036
8.      Missi Suci                          I1A015038
9.      Dwi Ayu Putri Saraswaty I1A015060
Kelompok : 2
Kelas      : B
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016
A.    Judul
Judul dari makalah ini adalah Analisis Pelaksanaan dan Evaluasi Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat ”Suplementasi Tablet Besi (Fe) Untuk Ibu Hamil” di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar Tahun 2013.
B.     Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Bakta, 2006).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang  tidak hamil (Cunningham, 2012). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi  dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2006).  Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika kadar Hb 9-10,9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika kadar Hb kurang dari 7g%. Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil dikatakan anemia bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan III atau Hb kurang dari 10,5g% pada trimester II. Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia defisiensi zat besi dengan prevalensi 58% di seluruh dunia pada tahun 2013 dan 75% pada tahun 2015. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin.
Program suplementasi tablet besi (Fe) telah berlangsung sekitaran 20 tahun yang lalu, namun prevalensi anemia gizi di Indonesia masihlah tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Riskesda (Riset Kesehatan Daerah), prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 70% dan sebesar 60% di provinsi Sulawesi Selatan. Presentase cakupan Fe1 dan Fe3 di Kota Makassar pada tahun 2012 hanya 70,4% dan 63,59%, hal ini dibawah target Indonesia sehat yaitu mencapai 80%. Terutama untuk Puskesmas Maradekaya yang memiliki persentase cakupan terendah yakni F1 sebesar 7,45% dan Fe3 13,45%. Adapun Program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013 bertujuan untuk menurunkan angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Maradekaya. Dengan mengetahui pelaksanaan dan mengevaluasi program tersebut, kita dapat mengetahui apakah program tersebut berhasil atau tidak serta dapat pula memberikan masukan agar kedepannya progam tersebut dapat dilaksanakan lebih baik lagi.
C.     Tujuan
  1. Mengetahui proses perencanaan program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
  2. Mengetahui SDM atau Institusi yang terlibat dalam program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
  3. Mengetahui besaran dana yang digunakan dalam program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
  4. Mengetahui sasaran dari program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
  5. Mengevaluasi proses pelaksanaan program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
  6. Mengevaluasi program suplementasi tablet besi (Fe) di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013.
D.    Gambaran Perkembangan Penyakit Anemia pada Ibu Hamil di Indonesia
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11%. Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu : tidak anemia : Hb > 11%, anemia ringan : Hb 9-10,9 %, anemia sedang : Hb 7-8,9 %, anemia berat Hb < 7 % (Depkes, 2014). Prevalensi anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan.
Sebenarnya program suplementasi tablet besi (Fe) telah berlangsung sekitaran 20 tahun yang lalu, namun prevalensi anemia gizi di Indonesia masihlah tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data SKRT (Survei Kesehatan rumah tangga), pada tahun 1997 dimana terjadi krisis moneter, prevalensi anemia ibu hamil mencapai 40,1%. Lalu tahun 2004 dan 2010 prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 56,9% dan 64,05%. Berdasarkan data dari Riskesda (Riset Kesehatan Daerah), prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 70%. (Untuk data prevalensi ibu hamil Riskesda tahun 2016 belum diketahui karena Riskesda hanya dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun dan terakhir dilakukan tahun 2013).
Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3%. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian kejadian anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Frekuensi timbulnya anemia dalam  kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi, sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
E.     Gambaran Program yang pernah ada di Indonesia
1.      Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Program KIA merupakan program di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan umum program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Salah satu program KIA yaitu Pelayanan Antenatal (ANC = Antenatal Care). ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a.       Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b.      Ukur Tekanan darah
c.       Pemberian Imunisasi TT lengkap
d.      Ukur Tinggi fundus uteri
e.       Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
2.      Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan alternatif strategi perbaikan status gizi masyarakat yang umumnya dilakukan untuk kelompok populasi tertentu, misalnya: kelompok ibu hamil, ibu menyusui, anak Bawah Lima Tahun (Balita), anak sekolah. Program PMT ini menggunakan pendekatan berbasis pangan. Pemeriksaan kehamilan setiap bulan yang dilakukan di Posyandu maupun puskesmas, baik ibu hamil yang kekurangan gizi maupun tidak, maka akan mendapatkan bantuan yang berupa makanan yang bisa menambah gizi ibu hamil seperti susu, abon, kacang hijau dan bahan makanan lainnya yang banyak mengandung zat gizi, terutama mengandung zat besi.
3.      Program Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) ( Depkes, 2009). Pada pertemuan awal kelas ibu hamil, ibu hamil akan mendapat materi salah satunya mengenai pengaturan gizi dan anemia pada ibu hamil termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia.
4.      Program GSI (Gerakan Sayang Ibu)
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi. Program ini bekerja sama dengan petugas kesehatan dan kader setempat salah satunya memberikan penyuluhan terhadap ibu hamil mengenai anemia.
5.      Salah satu program di daerah :
Program Penanganan Masalah Anemia di Tiga Kabupaten, Kalimantan Selatan (Proyek Depkes - Mothercare di Kalimantan Selatan)
Program ini mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum program yaitu menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil di tiga kabupaten di Kalimantan Selatan. Sedangkan tujuan khususnya yaitu: a. Meningkatkan pengelahuan-sikap ibu hamil tentang anemia dan tablet tambah darah; b. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD); c. Meningkatkan jumlah TTD yang dikonsumsi oleh ibu hamil (kepatuhan); d. Meningkatkan kemandirian ibu hamil dalam penyediaan TTD (kesediaan membeli).
Program ini melibatkan Sumber Daya Manusia yang berasal dari tenaga kesehatan (meliputi bidan desa, tenaga farmasi, dll.) dan tenaga non kesehatan (tenaga statistik, petugas agama, dll.). Sasaran programnya adalah ibu hamil dan calon pengantin wanita. Biaya pelaksanaan program berasal dari Depkes yang bekerja sama dengan Mothercare. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, komunikasi inter-personal, dan konseling. Sedangkan Media yang digunakan meliputi radio, poster, kalender, buku saku, buku pegangan petugas kesehatan, dan buku pegangan petugas agama.
Dalam proses pelaksanaannya, program ini mempunyai beberapa tahapan yaitu:
a.       Survei Data Dasar (Baseline Survey)
Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu yang telah mempunyai anak selama tiga tahun terakhir, pengetahuan perempuan usia subur yang berkaitan dengan komplikasi selama kehamilan dan melahirkan, pelayanan kesehatan setempat, alai kontrasepsi, anemia dan konsumsi tablet tambah darah. Survai ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 1996 atas kerjasama antara Kanwil DepKes Kalimatan Selatan, MotherCare, dan Kantor Statistik Propinsi.
Hasil pengumpulan data dasar yang telah dilakukan menunjukan bahwa sekitar 45.2% ibu hamil menderita anemia gizi besi. Hasil analisis lanjut memperlihatkan bahwa hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dan umur kehamilan berbentuk huruf U. Di awal kehamilan, rata-rata Hb yaitu 12,4 g/dl dan menurun sampai umur kehamilan 24 minggu yaitu 10,7 g/dl, kemudian kadar Hb meningkal hingga sekitar 11 ,3 g/dl pada minggu terakhir kehamilan. lni berarti kadar Hb pra-hamil sangat marginal dan tidak dapat memenuhi kebutuhan zal besi yang meningkat pada saat hamil. Juga terungkap bahwa secara rata-rata hanya sejumlah 33 tablet yang dikonsumsi oleh ibu hamil atau sepertiga dari yang dianjurkan yaitu 90 tablet.
b.      Diagnosa Masyarakat (Community Diagnosis)
Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan pengertian mendalam tentang masyarakat (ibu hamil) mengenai: a. persepsi dan sikap ibu tentang anemia dan TID, b. derajat kepatuhan minum TID dan alasan mengapa tidak mau minum TTD; c. kesediaan membeli TTD dan harga yang dapat dijangkau; d. identifikasi jalur dan media komunikasi yang efektif (merupakan bagian dari pengembangan media KIE).
Hasil diagnosa masyarakat yang dilakukan oleh PATH (Program for Appropriate Technology in Health) telah dilaporkan secara lengkap di laporan lain. Dilaporkan bahwa ibu hamil tidak mengenal terminology 'anemia', mereka lebih mengenal 'kurang darah'. Alasan utama rendahnya kepatuhan minum TTD yaitu sering dialaminya efek samping utamanya mual-mual dan perut nyeri setelah minum TTD. lbu hamil juga tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara mengatasi efek samping tersebut. Terungkap pula bahwa kala 'pil besi' atau 'tablet besi' kurang diterima oleh masyarakat dan perlu dicarikan terminology lain. Pertemuan yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada bulan Agustus 1996 diputuskan untuk menggunakan terminology 'tablet tambah darah' yang disingkat TTD. Dari diagnosa masyarakat diperoleh pula jenis-jenis media KIE yang disukai masyarakat yaitu 'poster', 'radio spot', 'kartu pengingat minum TTD'. Disamping itu, terungkap pula bahwa para petugas kesehatan perlu mendapat pengetahuan tentang anemia TTD serta perlu ditingkatkan kepercayaan diri utamanya dalam memberikan penyuluhan.
c.       Pengembangan Strategi KIE
Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat dan mengembangkan media yang akan dipakai dan bagaimana pemanfaatan media tersebut. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dan TTD telah dilakukan pengembangan media KIE dengan metoda 'diskusi kelompok terarah' dan 'wawancara mendalam'. Pelaksanaan pengembangan strategi KIE oleh PATH. Pesan-pesan yang ada dalam setiap media KIE dikembangkan dari hasil-hasil studi kualitatif. Sebagai contoh, poster dengan gambar Guru ljai, tokoh agama yang paling disegani dan dihormati oleh masyarakat Banjar merupakan hasil studi tersebut.
d.      Produksi dan Distribusi media KIE
Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dan manfaat serta kepatuhan minum tablet tambah darah. Media KIE telah diproduksi sebanyak kebutuhan untuk masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Seluruh produksi media KIE dilaksanakan di Jakarta untuk memudahkan pengawasan dalam 'proof print'. Setiap bidan di desa memiliki setiap media KIE. Pelaksanaan distribusi dilakukan melalui pertemuan ling kat kabupaten dan dikoordinasi oleh Kantor Wilayah dan Dinas Kesehatan Proponsi Kalimantan Selatan. Distribusi media KIE dilaksanakan sebelum pencanangan program tanggal 3 Agustus 1997.
e.       Komunikasi Inter-Personal dan Konseling
Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap bidan di desa tentang anemia dan manfaat minum tablet tambah darah serta meningkatkan kemampuan bidan desa-desa dalam menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan anemia dan TTD serta kemampuan memberikan konseling. Kegiatan ini dilaksanakan oleh PATH pada bulan April-Mei 1997. Sejumlah 560 Bidan di desa telah mendapat pelatihan Komunikasi lnterpersonal dan Konseling. Pelaksanaan pelatihan dimulai dengan melatih Master of Training dan tenaga pelatih tingkat Kabupaten.
f.       Penyediaan (suplai dan distribusi) tablet tambah darah
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan 'inventory assessment' untuk mempelajari jalur-jalur suplai dan distribusi seluruh obat komersial yang beredar di Kalimantan Selatan serta melakukan pertemuan-pertemuan antara DepKes, MotherCare, dan 3 Perusahaan Obat yaitu Kimia Farma, Indo Farma, dan Phapros. Dari pertemuan tersebut, diusulkan agar bidan di desa dimanfaatkan sebagai bagian dari jalur distribusi. Pertemuan di tingkat propinsi yang melibatkan DepKes, MotherCare, Kanwil dan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dilakukan sebanyak 2 kali untuk memastikan keterlibatan dan komitmen berbagai pihak dalam distribusi. Pada pertemuan terakhir pada bulan Juli 1997 diputuskan bahwa distribusi TTD di kabupaten HSS dilakukan oleh Indo Farma, Kabupaten Banjar oleh Kimia Farma, dan Kabupaten Batola oleh Phapros.
g.      Program Penanganan Anemia pada Calon Pengantin
Kegiatan ini didasarkan pada adanya kesempatan untuk meningkatkan status besi ibu sebelum hamil, artinya para calon pengantin yang potensial hamil sesudah beberapa bulan menikah harus dalam keadaan sehat atau tidak anemia. Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar dan studi pustaka bahwa untuk menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil, diperlukan upaya mempersiapkan ibu sebelum kehamilan datang. Pendekatan yang terbaik adalah mempersiapkan calon pengantin untuk selalu minum TTD atau dengan perkataan lain bahwa penanggulangan anemia gizi besi harus dilakukan sebelum hamil yaitu melalui Calon Pengantin Wanita. Pendekatan yang dapat di tempuh untuk menanggulangi anemia gizi besi untuk Calon Pengantin Wanita adalah promosi tentang pentingnya tablet tambah darah untuk meningkatkan kesehatan dan gizinya.
Salah satu program kesehatan yang telah lama dilaksanakan bagi Calon Pengantin Wanita adalah 'imunisasi Tetanus Toxoid'. Program yang telah terstruktur ini merupakan kegiatan terpadu lintas sektoral sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan No. 294 tahun 1986 dan No. 788/Menkes/SKBIXI/1986, tetang Bimbingan Terpadu Program Kesehatan Melalui Jalur Agama. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Kesehatan melakukan pengembangan kegiatan untuk Calon Pengantin Wanita berupa penanggulangan Anemia Gizi, dan untuk menunjang kelancaran program telah diterbitkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. 1656/BM/DJ/BGM/XI/97 sesuai surat persetujuan dari Dirjen Bimas Islam, Dirjen Bimas Katolik, Dirjen Bimas (Kristen) Protestan dan Dirjen Bimas Hindu dan Budha. Kegiatan penanggulangan anemia gizi untuk Calon Pengantin Wanita telah dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada Hari Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan pada tanggal 18 Nopember 1997 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Sesuai dengan rekomendasi dari Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat bahwa perlu dilakukan Kegiatan Rintisan program mandiri penanggulangan anemia gizi besi untuk Calon Pengantin Wanita di daerah agar dapat dipelajari berbagai peluang dan kendala dilapangan. Berdasarkan hal di atas, MotherCare/JSI bekerjasama dengan Departemen Kesehatan, dan Departemen Agama akan melakukan Kegiatan Rintisan Program Mandiri Penanggulangan Anemia Gizi Besi bagi Calon Pengantin Wanita di Propinsi Kalimantan Selatan. Dalam Kegiatan Rintisan ini diharapkan dapat dipelajari peran dan efektifitas petugas KUA dalam memberikan nasihat perkawinan dengan muatan Komunikasi-lnformasi-Edukasi tentang Anemi Gizi dan Tablet Tambah Darah.
Kegiatan ini telah dicanangkan pada tanggal 23 Juli 1998 dengan mengudarakan 'radio spot' di lakukan oleh RRI Banjarmasin dan 5 Radio Pemancar swasta. Sebelumnya telah dilakukan studistudi kualitatif untuk mengembangkan media KIE dan pesan-pesan yang dapat diterima dan mudah dimengerti baik oleh calon pengantin maupun petugas kesehatan dan agama. Media KIE yang di produksi dan di distribusikan adalah kalender, buku saku, poster, buku pegangan petugas kesehatan, buku pegangan petugas agama.
h.      Post-survey (evaluation)
Kegiatan ini ditujukan untuk mempelajari besaran hasil-hasil yang telah dicapai selama proyek DepKes-MotherCare dilaksanakan selama 4 tahun. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 1999 oleh Kantor Statistik Propinsi Kalimantan Selatan.

Setelah dua tahun program berjalan, tidak terlihat meningkatnya prevalensi anemia; Kesadaran ibu hamil untuk mengkonsumsi TTD juga meningkat meskipun dalam masa krisis ekonomi, sekitar 20% ibu hamil yang mengkonsumsi TTD telah membeli TTD; Materi dan media KIE serta tersedianya TTD mandiri telah menunjukkan adanya perubahan perilaku ibu hamil untuk mengkonsumsi TTD, seperti: meningkatnya jumlah ibu hamil trimester ketiga yang mengkonsumsi TTD sekurang-kurangnya 60 tablet meningkatnya jumlah ibu hamil menyadari pentingnya minum TTD bila anemia. Prevalensi anemia menurun sekitar 40% setelah 1 bulan program, dan relatif sama setelah 3-4 bulan; Hanya 2/3 catin yang ingat Ielah menerima materi KIE tetapi tingkat kepatuhan minum TTD cukup tinggi (26/35 tablet dan 54/60 tablet); Program ini telah menurunkan prevalensi anemia pada catin, dan berdampak berkurangnya ibu hamil dengan anemia.



F.      Gambaran pelaksanaan program pendidikan  masyarakat suplementasi tablet besi (Fe) untuk ibu hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013
Program pendidikan  masyarakat suplementasi tablet besi (Fe) untuk ibu hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013 dapat menurunkan prevalensi anemia sebesar 37,1% di Indonesia. Khususnya untuk Puskesmas Maradekaya yang pada tahun 2012 memiliki cakupan Fe1 dan Fe3 terendah sebesar 7,45% dan 13,54%.
Program ini melibatkan 13 orang yang meliputi petugas gizi, bidan puskesmas, petugas farmasi, kader posyandu, kasie gizi dinas kesehatan kota Makassar serta ibu hamil.
Sumber dana suplementasi tablet besi di tingkat puskesmas tidak ada, hal ini dikarenakan pihak puskesmas tidak mendapatkan alokasi dana untuk tablet besi tersebut melainkan diberikan dalam bentuk barang (tablet besi) yang dimana jumlah dari tablet besi tersebut ditentukan sesuai dengan perencanaan dari puskesmas. Jika tablet besi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar lebih maka tablet besi akan disimpan dan digunakan lagi pada periode atau bulan berikutnya. Puskesmas ini masih mempunyai persediaan tablet Fe lebih sejak tahun 2011 walaupun tidak ada yang kadaluarsa, sehingga masih bisa digunakan untuk suplementasi table Fe tahun 2013.
Dalam proses pendistribusian tablet Fe dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan proses pemeriksaan kehamilan. Proses pendistribusian tablet besi sendiri dilakukan oleh bidan puskesmas dikarenakan selain bidan puskesmas yang paling sering berinteraksi dengan para ibu hamil, bidan puskesmas juga lebih tahu tentang kondisi ibu hamil.
Program ini menggunakan metode pendidikan berupa konseling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bidan puskesmas sebagai tenaga kesehatan yang lebih dekat dengan ibu hamil akan menanyakan kepada ibu hamil begitu pun juga ibu hamil berkonsultasi mengenai kehamilannya kepada bidan puskesmas.
Monitoring kepatuhan ibu hamil yang dilakukan bidan puskesmas masih merupakan cara yang sangat sederhana yaitu dengan wawancara singkat menanyakan tablet Fe yang telah diberikan telah habis atau tidak. Padahal dalam buku pedoman ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menanyakan juga warna tinja dari ibu hamil dengan menyuruh ibu hamil membawa bungkusan Fe yang telah dikonsumsi serta tidak adanya pelaporan khusus.
Cara pelaporan dan pencatatan yang dilakukan oleh bidan puksesmas berupa Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), cara tersebut mencatat jumlah ibu hamil baru yang ada dan menerima Fe1 dan Fe3, tetapi pelaporan ini tidak lengkap sedangkan petugas farmasi  memiliki bentuk Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang digunakan dalam perencanaan pengadaan tablet Fe. Pencatatan dan pelaporan yang dibuat oleh bidan puskesmas dan LPLPO sudah sesuai dengan standar pelaksanaan yang ada, namun jika dilihat dari kelengkapan dokumen yang dimiliki ternyata petugas kesehatan tidak memiliki dokumen yang lengkap dengan alasan lalai dalam menyimpan dokumen tersebut.
G.     Evaluasi Program Pendidikan Masyarakat Pelaksanaan Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar Tahun 2013
1.      Tahapan Input
Jumlah informan pada program ini berjumlah 13 orang yang dimana terdiri dari petugas gizi, bidan puskesmas, petugas farmasi, kader posyandu, kasie gizi dinas kesehatan kota Makassar dan ibu hamil. Sedangkan untuk menentukan jumlah sasaran di Puskesmas Maradekaya dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar sendiri dengan penggunaan rumus proyeksi ibu hamil.
Sedangkan untuk sumber dana suplementasi tablet besi di tingkat puskesmas tidak ada, hal ini dikarenakan pihak puskesmas tidak mendapatkan alokasi dana untuk tablet besi tersebut melainkan diberikan dalam bentuk barang (tablet besi) yang dimana jumlah dari tablet besi tersebut ditentukan sesuai dengan perencanaan dari puskesmas. Jika tablet besi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar lebih maka tablet besi akan disimpan dan digunakan lagi pada periode atau bulan berikutnya.
2.      Tahapan Proses
Tahap ini terdiri dari proses perencanaan tablet besi, proses pendistribusian tablet besi, proses monitoring kepatuhan ibu hamil dan pencatatan dan pelaporan. Proses perencanaan tablet besi di Puskesmas Maradekaya merupakan tanggung jawab dari petugas farmasi. Proses perencanaan yang dilakukan yaitu dengan metode konsumsi, yakni melihat penggunaan obat yang ada dibandingkan dengan stok obat yang tersedia dan obat yang kadaluarsa. Proses perencanaan ini disusun oleh pihak Puskesmas Maradekaya sendiri. Pengadaan tablet besi dilakukan setiap bulan, akan tetapi jika stok tablet besi di Puskesmas Maradekaya masih ada maka Puskesmas Maradekaya tidak melakukan perencanaan pengadaan tablet besi. Sampai pada tahun 2014 Puskesmas Maradekaya tidak melakukan pengadaan stok tablet besi karena masih ada stok tablet besi dari tahun 2011.
Proses pendistribusian tablet besi sendiri dilakukan oleh bidan puskesmas dikarenakan selain bidan puskesmas yang paling sering berinteraksi dengan para ibu hamil, bidan puskesmas juga lebih tahu tentang kondisi ibu hamil. Pendistribusian tablet besi dilakukan ketika ibu hamil datang untuk memeriksakan kandungannya ke bidan puskesmas dengan melihat usia kehamilan serta frekuensi pemberian tablet Fe sebelumnya bagi yang telah pernah datang memeriksa dan untuk mengantisipasi ibu hamil yang tidak datang di puskesmas dilakukan swipping dengan bantuan kader posyandu untuk mengetahui ibu hamil baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Program ini menggunakan metode pendidikan berupa konseling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bidan puskesmas sebagai tenaga kesehatan yang lebih dekat dengan ibu hamil akan menanyakan kepada ibu hamil begitu pun juga ibu hamil berkonsultasi mengenai kehamilannya kepada bidan puskesmas.
Monitoring kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi juga dilakukan oleh bidan puskesmas dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan menanyakan secara langsung kepada ibu hamil, tidak disertai dengan pelaporan khusus dengan kartu pengingat konsumsi tablet besi tersebut.
3.      Tahap Output
Output dilihat dari tanggapan penerima sasaran (ibu hamil) dalam pelaksanaan  Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar yaitu bertambahnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya mengonsumsi Tablet besi (Fe) serta perubahan perilaku dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil, hal tersebut terbukti dari outcome program tersebut yaitu meningkatnya persentase cakupan konsumsi Tablet besi (Fe).
4.      Tahap Outcome
Outcome dari Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar cakupan tablet Fe di tahun 2013 berdasarkan hasil telaah dokumen meningkat dari tahun sebelumnya yakni cakupan Fe1 dan Fe3 sebesar 7,45% dan 13,54% tahun 2012 meningkat menjadi 96,1% dan 97,6%  tahun 2013. Cakupan tersebut sudah di atas target Indonesia sehat dimana untuk cakupan program suplementasi tablet besi yaitu sebesar 80%.
5.      Tahap Impact
Impact dari Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar dapat dilihat dari menurunnya angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar.

Dilihat dari efisien atau tidak efisiennya suatu Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar yaitu :
1.      Penentuan jumlah sasaran dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar sudah efisien.
2.      Pada tahun 2011 stok yang ada di gudang farmasi Kota Makassar untuk tablet besi sangatlah banyak hingga pada saat ibu tablet Fe langsung di drop ke puskesmas yang ada  maka pengadaan tablet besi tidak lagi sesuai dengan perencanaan yang dilakukan, sehingga pada tahun 2012 dan 2013 tidak dilakukan perencanaan tablet Fe oleh petugas farmasi. Walaupun tidak ada yang rusak ataupun kadaluarsa hal tersebut sangatlah tidak efisien. Kelebihan stok seperti ini sangatlah tidak baik. Semestinya pengadaan tablet besi harus selalu disesuaikan dengan jumlah perencanaan yang dilakukan oleh pihak puskesmas.

Dilihat dari efektif atau tidak efektifnya suatu Program Suplementasi Tablet Besi (Fe) untuk Ibu Hamil di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar yaitu :
1.      Pendistribusian tablet besi (Fe) untuk ibu hamil Tapi di Puskesmas Maradekaya Makassar kurang efektif karena dalam pendistribusiannya hanya dilakukan oleh bidan puskesmas saja, seharusnya dapat didistribusikan lewat posyandu, dan beberapa fasilitas kesehatan yang dibawah kerja Puskesmas Maradekaya.
2.      Proses monitoring hanya dilakukan oleh bidan puskesmas saja dengan metode yang sangat sederhana hal tersebut tidak efektif karena dengan cara bertanya ke pada ibu hamil hal tersebut tidak menjamin apakah tablet besi (Fe) tersebut dikonsumsi atau tidak. Akan lebih baik jika monitoring dilakukan dengan cara pelaporan secara khusus misalkan dengan menggunakan kartu pengingat dan membawa bukti bungkus tablet besi (Fe) yang kosong.
3.      Sosialisasi program tersebut kurang efektif karena sosialisasi program hanya dilakukan sekali pada saat pertama kali datang memeriksakan kehamilannya di bidan yang ada di puskesmas, sedangkan petugas kesehatan yang lainnya tidak ikut serta dalam sosialisasi tersebut.
4.      Akan tetapi untuk keseluruhan dari program tersebut dapat dikatakan efektif karena sudah sesuai dengan target. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang meningkat berdasarkan cakupan konsumsi tablet besi (Fe) ibu hamil di Puskesmas Maradekaya, Makassar tahun 2013 yaitu dengan perolehan cakupan Fe1 dan Fe3 sebesar 96,1% dan 97,6%, sudah diatas target Indonesia sehat untuk cakupan program suplementasi tablet besi yaitu sebesar 80%.
H.    Kesimpulan dan Saran
Dalam pelaksanaan program suplementasi tablet besi di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar tahun 2013 pada tahapan input, proses dan output yang sudah sesuai standar prosedur pelaksanaan yaitu dalam penentuan jumlah sasaran, jumlah SDM yang tersedia dan dalam hal penganggaran dana, proses perencanaan tablet besi, serta cakupan tablet Fe yang sudah mencapai target, namun ada beberapa yang masih dianggap kurang sesuai dengan juknis yang ada yaitu terdiri dari ketersediaan, proses pendistribusian dan monitoring tablet besi, kurangnya sosialisasi program, serta dokumen pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap.
Kami menyarankan kepada petugas kesehatan yang terlibat dalam program suplementasi tablet besi ini dapat lebih mensosialisasikan kepada petugas kesehatan bagaimana standar pelaksanaan dalam pelaksanaan program, agar seluruh tahapan yang ada dalam pelaksanaan sesuai dengan standar yang ada serta untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya tablet Fe ini untuk ibu hami sehingga lebih dapat meningkatkan cakupan Fe1 dan Fe3 di Puskemas Maradekaya.

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Budiarni dan Hertanto WS. 2010. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil”, Journal of Nutrition College. Vol (1) : 1. PP 1-10.
Cunningham F.G. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. Jakarta : Depkes RI.
Kusumah. 2009. “Kadar Hemoglobin ibu hamil triwulan II-III dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal USU.
RISKESDAS. 2013.  Laporan Nasional Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Saifudin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi I Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Shafa. 2010. “Anemia pada Ibu Hamil”, http://drshafa.wordpress.com/2010/11/16/anemia-pada-bumil. Diakses pada 9 Desember 2016.
Snow, John. 1997. ”Program Penanganan Masalah Anemia di Tiga Kabupaten Kalimantan Selatan”, Seri Laporan Mothercare Indonesia. No. 13. Pp: 1-18.