Saturday 17 December 2016

Artikel ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Tanda, gejala, etiologi / penyebab, cara penularan, pencegahan, pengobatan ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Istilah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga dapat menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga gelembung paru (alveoli) beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan akut adalah kejadian yang berlangsung sampai dengan 14 hari.Jadi, ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian organ dari saluran pernapasan mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius karena menyebabkan angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur < 2 bulan.ISPA sebagai penyakit menular tidak mengenal batas wilayah, bisa menular dari satu orang ke orang lain dan dapat menyebar dalam keluarga, kelompok masyarakat, bahkan negara. Maka perlu dilakukan penanggulangan dan pencegahan dari penyakit ISPA.

     Tanda gejala ISPA menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI, 2002) antara lain:
1.  Batuk
2.  Serak (anak bersuara parau)
3.  Pilek
4.  Panas atau demam, suhu badan lebih dari 38,5 ยบ C
5.  Sesak napas

B.  Etiologi (Penyebab) ISPA
1.  Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA      antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella        dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus,            Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
2.  Etiologi Pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut        publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan                    Hemopillus inluenzae (Warmasi, 2009).
                    
                Menurut Depkes RI (2004), faktor pencetus penyakit ISPA antara lain:
1.    Kuman Penyakit
Penyakit Pneumonia disebabkan oleh kuman penyakit. Beberapa kuman ini juga ditemui pada orang yang sehat, jika daya tahan tubuh melemah kuman ini dapat sebagai pencetus timbulnya penyakit.
2.    Daya Tahan Tubuh Penderita
Daya tahan tubuh penderita adalah kemampuan tubuh untuk mencegah masuk dan berkembang biaknya kuman di dalam tubuh. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.    Gizi
Gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Anak dengan gizi kurang (buruk) akan lebih rentan terhadap terjangkitnya penyakit menular.
b.    Kekebalan tubuh
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyait Difteri dan Campak sampai dengan usia 9 bulan. Kekebalan selanjutnya pada bayi harus ditimbulkan dengan memberikan imunisasi kepada bayi.
3.    Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit, termasuk penyakit Pneumonia. Adapun keadaan lingkungan yang berpengaruh antara lain:
a.   Rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat menyebabkan pertukaran udara di dalam rumah tidak baik. Udara yang tidak baik seperti asap dapur, asap rokok, debu yang terkumpul dalam rumah, apabila dihisap oleh bayi kan memudahkan terjangkitnya penyakit ISPA.
b.   Rumah yang lembab dan basah, dimana kelembabannya cukup tinggi (>70%) mempermudah bayi terkena penyakit ISPA.
c.   Rumah yang padat dan kotor, menyebabkan kuman mudah menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya, hal ini mempermudah bayi terkena penyakit ISPA.
4.   Umur dan Jenis Kelamin
Anak usia muda lebih sering menderita penyakit dari pada orang dewasa, sedangkan Balita dengan jenis kelamin laki-laki ternyata 1,5 kali lebih sering menderita penyakit Pneumonia di bandingkan Balita perempuan.
5.    Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah dalam keluarga pada umumnya berpengaruh tidak langsung terhadap terjadinya penyakit Pneumonia pada Balita.
6.   Musim
Musim kemarau dengan debu yang beterbangan dan udara yang dingin dimana sirkulasi udara didalam rumah tidak lancar, cendrung sebagai pencetus penyakit ISPA.
7.    Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan serta tingkat pendidikan yang rendah akan menurunkan kualitas pencegahan dan pengobatan Balita yang menderita penyakit Pneumonia.

C. Cara Penularan ISPA
Penyakit ISPA tergolong pada Air Borne Disease yaitu penyakit yang menular melalui udara. Penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi antara host dan penderita melalui mulut, droplet, batuk dan bersin dari penderita yang terhirup melalui udara oleh host maupun kontak tidak langsung yaitu kontak dengan benda yang terkontaminasi oleh penderita (misalnya: tangan, sapu tangan dan peralatan makan).

D. Pencegahan ISPA
1. Sedapat mungkin batasi kontak dengan orang yang sakit. Tinggallah dikamar       yang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggallah sejauh mungkin     dari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang terpisah,         bila memungkinkan.
2. Ruang bersama (WC,dapur,kamarmandi,dll.) harus berventilasi baik (misalnya       ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela). Pembersihan lingkungan           sangat penting untuk mencegah penularan tak langsung, terutama di ruang           bersama.
3. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang           yang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda     lain (misalnya tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau masker         bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker   bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan     saat berdekatan dengan orang yang sakit.
4. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau           dibuang ke tempat yang aman.
5. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan           tangan segera setelah kontak.
6. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan    air atau antiseptik berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu tertelan,   bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik berbasis alkohol     dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
7. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat orang     yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk influenza       musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita penyakit           jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit darah              (misalnya anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun atau anak-       anak berusia <2 tahun.

E. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi ISPA sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):
1.   Pneumonia berat (ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam)
Pengobatan: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic parenteral, oksigendan sebagainya.
2.   Pneumonia (ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat)
Pengobatan: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidakmungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia (ditandai secara klinis oleh batuk, pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dada ke dalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis, dan tonsillitis tergolong bukan pneumonia)
Pengobatan: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.


Daftar Pustaka
Kristina, Ni Nyoman. 2013. Mengenal Penyakit Pneumonia (ISPA). http://www.diskes.baliprov.go.id/id/MENGENAL-PENYAKIT-PNEUMONIA--ISPA-//.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2002. Musim Kemarau, Anak Rawan Terkena ISPA. http://www.pdpersi.co.id//.
Rasmaliah. 2008. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan Penganggulangannya. http://library.usu.ac.id//.
Saragih, Radesman. 2015. Penderita ISPA Di Kota Jambi Terus Meningkat. http://www.beritasatu.com/nasional/305791-penderita-ispa-di-kota-jambi-terus-meningkat.html//.
Warung Masyarakat Informasi Indonesia. 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA). http://www.warmasif.co.id//.


WHO. 2007.  Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. http://www.who.int/iris/bitstream/10665/.../WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf//.

No comments:

Post a Comment