Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Istilah Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran
pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam
tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga dapat menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga gelembung paru
(alveoli) beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga, dan
pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan akut adalah kejadian yang berlangsung
sampai dengan 14 hari.Jadi, ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu
atau lebih bagian organ dari saluran pernapasan mulai dari hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura.
ISPA masih
merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius
karena menyebabkan angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.Kematian yang
terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur < 2 bulan.ISPA sebagai penyakit menular tidak mengenal batas wilayah, bisa menular
dari satu orang ke orang lain dan dapat menyebar dalam keluarga, kelompok
masyarakat, bahkan negara. Maka perlu dilakukan penanggulangan dan pencegahan
dari penyakit ISPA.
Tanda gejala ISPA
menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI, 2002) antara lain:
1. Batuk
2. Serak (anak
bersuara parau)
3. Pilek
4. Panas atau
demam, suhu badan lebih dari 38,5 ยบ C
5. Sesak napas
B. Etiologi (Penyebab) ISPA
1. Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
2. Etiologi Pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan Hemopillus inluenzae (Warmasi, 2009).
1. Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
2. Etiologi Pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan Hemopillus inluenzae (Warmasi, 2009).
Menurut
Depkes RI (2004), faktor pencetus penyakit ISPA antara lain:
1. Kuman Penyakit
Penyakit
Pneumonia disebabkan oleh kuman penyakit. Beberapa kuman ini juga ditemui pada
orang yang sehat, jika daya tahan tubuh melemah kuman ini dapat sebagai
pencetus timbulnya penyakit.
2. Daya Tahan Tubuh
Penderita
Daya tahan tubuh penderita adalah kemampuan
tubuh untuk mencegah masuk dan berkembang biaknya kuman di dalam tubuh. Daya
tahan tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Gizi
Gizi sangat
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Anak dengan gizi kurang (buruk) akan
lebih rentan terhadap terjangkitnya penyakit menular.
b. Kekebalan
tubuh
Bayi yang
baru lahir biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyait Difteri dan Campak
sampai dengan usia 9 bulan. Kekebalan selanjutnya pada bayi harus ditimbulkan
dengan memberikan imunisasi kepada bayi.
3. Keadaan Lingkungan
Keadaan
lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit, termasuk penyakit
Pneumonia. Adapun keadaan lingkungan yang berpengaruh antara lain:
a. Rumah
dengan jendela yang tidak memenuhi syarat menyebabkan pertukaran udara di dalam
rumah tidak baik. Udara yang tidak baik seperti asap dapur, asap rokok, debu
yang terkumpul dalam rumah, apabila dihisap oleh bayi kan memudahkan
terjangkitnya penyakit ISPA.
b. Rumah yang
lembab dan basah, dimana kelembabannya cukup tinggi (>70%) mempermudah bayi
terkena penyakit ISPA.
c. Rumah yang
padat dan kotor, menyebabkan kuman mudah menjalar dari satu tempat ke tempat
lainnya, hal ini mempermudah bayi terkena penyakit ISPA.
4. Umur dan Jenis Kelamin
Anak usia
muda lebih sering menderita penyakit dari pada orang dewasa, sedangkan Balita
dengan jenis kelamin laki-laki ternyata 1,5 kali lebih sering menderita
penyakit Pneumonia di bandingkan Balita perempuan.
5. Sosial Ekonomi
Tingkat
sosial ekonomi yang rendah dalam keluarga pada umumnya berpengaruh tidak
langsung terhadap terjadinya penyakit Pneumonia pada Balita.
6. Musim
Musim
kemarau dengan debu yang beterbangan dan udara yang dingin dimana sirkulasi
udara didalam rumah tidak lancar, cendrung sebagai pencetus penyakit ISPA.
7. Tingkat Pendapatan
Tingkat
pendapatan serta tingkat pendidikan yang rendah akan menurunkan kualitas
pencegahan dan pengobatan Balita yang menderita penyakit Pneumonia.
C. Cara Penularan ISPA
Penyakit ISPA tergolong pada Air Borne Disease yaitu penyakit yang menular melalui udara. Penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi antara host dan penderita melalui mulut, droplet, batuk dan bersin dari penderita yang terhirup melalui udara oleh host maupun kontak tidak langsung yaitu kontak dengan benda yang terkontaminasi oleh penderita (misalnya: tangan, sapu tangan dan peralatan makan).
D. Pencegahan ISPA
1. Sedapat mungkin batasi kontak dengan orang yang sakit. Tinggallah dikamar yang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggallah sejauh mungkin dari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang terpisah, bila memungkinkan.
2. Ruang bersama (WC,dapur,kamarmandi,dll.) harus berventilasi baik (misalnya ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela). Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak langsung, terutama di ruang bersama.
3. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang yang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda lain (misalnya tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau masker bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan saat berdekatan dengan orang yang sakit.
4. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau dibuang ke tempat yang aman.
5. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan tangan segera setelah kontak.
6. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan air atau antiseptik berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu tertelan, bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik berbasis alkohol dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
7. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat orang yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk influenza musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita penyakit jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit darah (misalnya anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun atau anak- anak berusia <2 tahun.
C. Cara Penularan ISPA
Penyakit ISPA tergolong pada Air Borne Disease yaitu penyakit yang menular melalui udara. Penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi antara host dan penderita melalui mulut, droplet, batuk dan bersin dari penderita yang terhirup melalui udara oleh host maupun kontak tidak langsung yaitu kontak dengan benda yang terkontaminasi oleh penderita (misalnya: tangan, sapu tangan dan peralatan makan).
D. Pencegahan ISPA
1. Sedapat mungkin batasi kontak dengan orang yang sakit. Tinggallah dikamar yang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggallah sejauh mungkin dari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang terpisah, bila memungkinkan.
2. Ruang bersama (WC,dapur,kamarmandi,dll.) harus berventilasi baik (misalnya ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela). Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak langsung, terutama di ruang bersama.
3. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang yang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda lain (misalnya tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau masker bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan saat berdekatan dengan orang yang sakit.
4. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau dibuang ke tempat yang aman.
5. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan tangan segera setelah kontak.
6. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan air atau antiseptik berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu tertelan, bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik berbasis alkohol dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
7. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat orang yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk influenza musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita penyakit jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit darah (misalnya anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun atau anak- anak berusia <2 tahun.
E. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA dapat dilakukan
berdasarkan klasifikasi ISPA sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):
1. Pneumonia
berat (ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam)
Pengobatan: dirawat di
rumah sakit, diberikan antibiotic parenteral, oksigendan sebagainya.
2. Pneumonia
(ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat)
Pengobatan:
diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidakmungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol keadaan
penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia (ditandai secara klinis oleh
batuk, pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dada ke dalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis, dan tonsillitis tergolong bukan pneumonia)
Pengobatan:
tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.
Daftar Pustaka
Kristina, Ni Nyoman. 2013. Mengenal Penyakit Pneumonia (ISPA). http://www.diskes.baliprov.go.id/id/MENGENAL-PENYAKIT-PNEUMONIA--ISPA-//.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2002. Musim Kemarau, Anak Rawan Terkena ISPA. http://www.pdpersi.co.id//.
Rasmaliah. 2008. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan
Penganggulangannya. http://library.usu.ac.id//.
Saragih, Radesman. 2015. Penderita ISPA Di Kota Jambi Terus Meningkat. http://www.beritasatu.com/nasional/305791-penderita-ispa-di-kota-jambi-terus-meningkat.html//.
Warung Masyarakat Informasi
Indonesia. 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA). http://www.warmasif.co.id//.
WHO. 2007.
Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. http://www.who.int/iris/bitstream/10665/.../WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf//.
No comments:
Post a Comment