TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH IPA KESEHATAN
PAPER
PENGARUH ASAP KEBAKARAN HUTAN
TERHADAP KESEHATAN
Disusun oleh:
Nama : Fitria Nafisatin Nahari
NIM : I1A015032
Kelas : B (IPA Kesehatan)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian kebakaran hutan sering terjadi berulang di Indonesia.
Wilayah yang sering mengalaminya adalah Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan bisa terjadi secara alami atau
disebabkan perbuatan manusia. Hal ini harus mendapat perhatian
khusus oleh pemerintah karena dampak dari kebakaran hutan meluas pada aspek
lingkungan, social, ekonomi dan juga kesehatan. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan
di daerah tersebut saja tetapi juga di regional Asia Tenggara.
Dampak negatif dari kebakaran hutan tidak hanya akan dirasakan
dalam jangka waktu yang pendek tetapi juga akan memiliki dampak untuk jangka
waktu yang panjang, tidak terkecuali dalam hal kesehatan masyarakat yang tinggal
di daerah-daerah tersebut. Asap
kebakaran hutan menyebabkan kualitas udara menjadi buruk sehingga menyebabkan
balita hingga usia lanjut terkena gangguan kesehatan, khususnya penyakit pada
saluran pernapasan.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apa penyebab
terjadinya asap kebakaran hutan?
2)
Apa dampak
terjadinya asap kebakaran hutan terhadap kesehatan?
3)
Bagaimana upaya
pencegahan dan penanganan terjadinya asap kebakaran hutan?
1.3 Tujuan
Pembahasan
1)
Untuk mengetahui penyebab terjadinya asap
kebakaran hutan
2)
Untuk mengetahui dampak
terjadinya asap kebakaran hutan terhadap kesehatan
3)
Untuk mengetahui upaya pencegahan
dan penanganan terjadinya asap kebakaran hutan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Asap
Asap merupakan perpaduan atau campuran
karbondioksida, air, zat yang terdifusi, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia
organik, nitrogen oksida dan mineral. Komposisi asap tergantung dari banyaknya
factor, yaitu jenis bahan pembakar, kelembapan, temperatur api, kondisi angin
dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama. Jenis
kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa, lignin, tannin, polifenol,
minyak, lemak, resin, lilin dan tepung akan membentuk campuran berbeda saat
terbakar (WHO, 2005).
2.2 Pengertian Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan
(wild fire) adalah keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang
mudah terbakar pada daerah pedesaan atau daerah yang luas. Kebakaran hutan
berbeda dengan kebakaran biasa, dimana kebakaran hutan dapat meluas lebih jauh
dari tempat semula dan dapat berganti arah tanpa diduga.
Kebakaran hutan
adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk
petir, kecerobohan manusia dan pembakaran. Musim kemarau dan pencegahan
kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
2.3 Pengertian
Kesehatan
Menurut UU No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
a.
Kesehatan fisik: secara obyektif tidak tampak
sakit, tidak ada keluhan dan semua organ tubuh berfungsi dengan normal.
b.
Kesehatan mental (komponen pikiran , emosional,
dan spiritual)
·
Pikiran sehat tercermin dari cara berfikir
·
Emosi sehat tercermin dari cara mengekspresikan
emosi
·
Spiritual sehat tercermin dari praktik
keagamaan seseorang
c.
Kesehatan sosial: mampu bersosialisasi dan
berhubungan baik dengan orang lain/kelompok.
d.
Kesehatan ekonomi: produktif memberikan
kontribusi secara finansial
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab terjadinya asap kebakaran hutan
Kebakaran hutan
bisa terjadi secara alami atau disebabkan perbuatan manusia. Kebakaran yang ditimbulkan
akibat aktivitas manusia pun bisa terjadi secara sengaja atau tidak sengaja.
Berikut penjelasannya:
a. Penyebab alami
Kebakaran
hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, lelehan lahar gunung api, dan
gesekan antara pepohonan. Sambaran petir dan gesekan pohon bisa berubah menjadi
kebakaran bila kondisi hutannya memungkinkan, seperti kekeringan yang
panjang. Di hutan-hutan subtropis seperti Amerika Serikat dan Kanada,
sambaran petir dan gesekan ranting pepohonan sering memicu kebakaran. Namun di hutan hujan tropis seperti Indonesia, hal ini sedikit mustahil.
Karena terjadinya petir biasanya akan diiringi oleh turunnya
hujan atau petir terjadi di sepanjang hujan. Sehingga sangat
tidak mungkin menimbulkan kebakaran. Pemicu alamiah lainnya adalah gesekan
antara cabang dan ranting pepohonan. Hal ini pun biasanya hanya terjadi di
hutan-hutan yang kering. Hutan hujan tropis memiliki kelembaban tinggi sehingga
kemungkinan gesekan antar pohon menyebabkan kebakaran sangat kecil.
b. Disebabkan manusia
Kebakaran
hutan yang dipicu kegiatan manusia bisa diakibatkan dua hal, secara sengaja dan
tidak sengaja. Kebakaran secara sengaja kebanyakan dipicu oleh pembakaran untuk
membuka lahan dan pembakaran karena eksploitasi sumber daya alam. Sedangkan
kebakaran tak disengaja lebih disebabkan oleh kelalaian karena tidak mematikan
api unggun, pembakaran sampah, membuang puntung rokok, dan tindakan kelalaian
lainnya.
Di
Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia baik
sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang terjadi secara alamiah.
Sejak era tahun 1980-an pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan Hutan
Tanaman Industri diduga menjadi
penyebab terjadinya kebakaran hutan secara besar-besaran.
3.2 Dampak terjadinya
asap kebakaran hutan terhadap kesehatan
Asap kebakaran hutan mengandung sejumlah gas
dan partikel kimia yang dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia,
diantaranya:
a.
Partikulat
Partikulat ini
dapat terinhalasi melalui sitem pernapasan, terjadinya akut, dengan mengiritasi
bronkus, menyebabkan inflamasi dan reaktifitas meningkat. Partikulat ini juga
menyebabkan terjadinya berkurangnya bersihan mukosilier, mengurangi respon
makrofag dan imunitas local serta reaksi fibrotic. Efek potensial pada
kesehatan adalah mengi, asma eksaserbasi, infeksi saluran nafas, bronchitis kronik,
PPOK (Fikri,dkk, 2012).
b.
Karbon monoksida.
Zat ini
berikatan dengan hemoglobin menghasilkan karboksi hemoglobin yang mengurangi
transport oksigen ke organ vital dan menyebabkan gangguan janin. Sebagaimana
kita ketahui seorang ibu hamil akan mengalami anemia fisiologis. Kadar
hemoglobin yang kurang dalam darah dan diperberat dengan turunnya kadar oksigen
dalam darah menyebabkan ibu hamil kekurangan oksigen bagi dirinya dan untuk
menyuplai bayinya. Hal ini menyebabkan kelahiran berat badan bayi lahir rendah
dan meningkatnya kasus kematian perinatal ((Fikri dkk, 2012). Dengan kadar
oksigen yang sangat kurang hal ini mempengaruhi kerja sel otak khususnya
balita. Otak sangat sensitive terhadap kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen
dalam waktu 5 menit dapat menyebabkan kematian sel otak secara permanen. Hal
ini la yang menyebabkan pada jangka panjangnya kecerdasan anak akan menurun.
c.
Hidrokarbon aromatic polisiklik
(Benzo-alpyrene).
Zat ini bekerja sebagai karsinogen yang dapat
menyebabkan kanker paru, kanker mulut, nasofaring dan laring.
d.
Nitrogen dioksida.
Zat ini
merupakan pajanan akut yang menyebabkan reaktivitas bronkus. Pajanan kronik
dapat meningkatkan kerentanan infeksi bakteri dan virus. Efek potensial pada
kesehatan menimbulkan mengi, asma eksaserbasi, infeksi saluran nafas,
berkurangnya fungsi paru anak.
e.
Sulfur dioksida.
Zat ini sebagai
pajanan akut yang menyebabkan reaktivitas bronkus. Hal ini member dampak bagi
kesehatan, menimbulkan mengi, asma eksaserbasi, PPOK eksaserbasi, penyakit
kardiovaskuler.
f.
Kondesat asap biomass, termasuk hidrokarbon
aromatic polisiklik dan ion metal.
Zat ini jika masuk ke mata dan diabsorbsi oleh
lensa, maka akan terjadi perubahan oksidatif. Hal ini dapat menyebabkan katarak
pada mata.
Udara yang tercemar akan masuk ke dalam tubuh
manusia sehingga mempengaruhi paru-paru dan saluran napas, komponennya juga
diedarkan ke seluruh tubuh, artinya selain terhisap langsung manusia dapat
menerima akibat buruk polusi ini dan secara tidak langsung dapat mengkonsumsi
zat makanan atau air yang terkontaminasi.
Polusi di dalam rumah mempunyai dampak lebih
besar, karena penghuni rumah akan terpajan asap dalam konsentrasi tinggi selama
bertahun-tahun. Pajanan kebakaran hutan biasanya berlangsung selama 4-5 bulan
dalam setahun dan intesitasnya tergantung pada luas kebakaran hutan. Asap
menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan, yang lebih
berat fungsi paru-paru berkurang, bronchitis, asma eksaserbasi dan kematian
dini. Selain itu konsentrasi yang tinggi partikel-partikel iritasi
pernapasan dapat menyebabkan batuk-batuk terus, batuk berdahak, kesulitan
bernapas dan radang paru. Kondisi kronik terpajan polusi udara beracun dengan
konsentrasi tinggi sedikit meningkatkan resiko kanker.
3.3 Pencegahan
dan Penanganan
1)
Upaya Pencegahan
a.
Memantapkan kelembagaan.
b.
Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan
petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
c.
Melengkapi perangkat keras berusa peralatan
pencegahan dan pemadam kebakaran
d.
Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran
hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta
masyarakat sekitar hutan
e.
Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel
Siaga pengendalian kebakaran hutan
f.
Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH,
HTI, perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh
Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup
g.
Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan
hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa
bakar.
2)
Upaya penanganan
a.
Penggunaan masker. Masker ini harus dipasang
cukup rapat sehingga udara tidak dapat masuk di sela-sela pinggiran masker dan
kulit wajah
b.
Mengurangi aktivitas di luar rumah. Dengan
mengurangi aktivitas di luar rumah maka resiko terpajan dengan polutan akan
berkurang.
c.
Minum air putih lebih banyak, tujuannya
membersihkan kabut asap yang telah masuk ke dalam tubuh.
d.
Menutup makanan atau penampungan air minum yang
ada di rumah agar terlindungi dari polusi kabut asap.
e.
Usahakan agar asap tidak masuk ke ruang gedung
atau rumah atau ruang tertutup lainnya.
f.
Konsumsi makanan yang menyehatkan dan istirahat
yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh dalam menangkal dampak buruk dari
asap.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebakaran
hutan bisa terjadi secara alami atau disebabkan perbuatan manusia. Kebakaran
yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia pun bisa terjadi secara sengaja atau
tidak sengaja. Asap kebakaran hutan yang mengandung sejumlah gas dan partikel
kimia dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya pencegahan dan penanganan terjadinya asap kebakaran
hutan untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia
4.2 Saran
Sebagai manusia kita harus lebih peduli
terhadap lingkungan di sekitar kita dengan terus menjaga dan melestarikannya.
Karena jika kita merusaknya, seperti membakar hutan maka pastilah akan
berdampak pada kehidupan kita juga.
Lalu
sebaiknya kita juga harus mengetahui bagaimana upaya pencegahan dan penanganan
terjadinya asap kebakaran hutan agar kita bisa meminimalisir dampak negatif
yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Fikri. dkk. 2012. Dampak asap kebakaran hutan pada pernafasan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan
di Indonesia. Malang: Bayumedia
Tacconi, Luca. 2003. Kebakaran Hutan di
Indonesia (Penyebab, Biaya dan Implikasi
Kebijakan). Bogor:
Cifor
Titanium-Arts - Titanium-arts.com
ReplyDeleteTitanium-Arts.com titanium key ring is titanium wedding bands for men a supplier of mechanical and mechanical materials, specifically for titanium mug its titanium knife copper titanium fidget spinner and titanium parts.